Kamis, 18 Februari 2016

Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)



Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Dalam kehidupan sehari – hari banyak permasalahan yang dapat kita selesaikan menggunakan SPLDV terutama permasalahan jual - beli. Akan tetapi, permasalahan tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi bentuk SPLDV agar dapat diselesaikan. Adapun langkah – langkah menyelesaikan permasalahan sehari – hari yang berkaitan dengan SPLDV sebagai berikut :
1)     Melakukan pemisalan terhadap kedua besaran yang belum diketahui dengan  dan . 
2)  Membuat model matematika dengan mengubah dua pernyataan dalam soal menjadi dua persamaan dalam  dan . 
3)  Menyelesaikan sistem persamaan tersebut. 

Berikut LAS Penerapan materi ini.




http://www.slideshare.net/chiechelonicaniika/lks-penerapan-sistem-persamaan-linear-dua-variabel-spldv-smp-kelas-viii

Senin, 24 Februari 2014

Teori Belajar gestalt



Dosen: Dra. Elni Yakub, MS
PAPER
“Teori Belajar Gestalt”

 
Oleh
Yosi Srinita 
 (1205135729)
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
Pekanbaru
2013
Teori Belajar Gestalt
            Kata “Gestalt” berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai   “bentuk atau konfigurasi”. Dasar teori gestalt adalah bahwa subjek itu mereaksi pada “keseluruhan yang bermakna. Teori ini dibangun oleh tiga orang, Max Wertheimer, Kurt Koffka, Wolfgang kohler. Teori ini bepandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian atau unsur.
Menurut teori gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan.  Teori ini berbeda dengan teori belajar behaviouristik yang menganggap belajar atau tingkah laku itu bersifat mekanistis sehingga mengabaikan atau mengingkari peranan insight(Wina sanjaya, 2010:242).
            Dalam belajar yang paling penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight(Slameto, 1995:9).
            Eksperimen Kohler  
Untuk mendukung teorinya, Wolfgang Kohler melakukan eksperimen pada Simpanse. Eksperimen tersebut dilakukan di Pulau Canary tahun 1913 – 1920. Berikut ini adalah eksperimen yang dilakukannya.
Eksperimen I
Wolfgang Kohler membuat sebuah sangkar yang didalamnya telah disediakan sebuah tongkat. Simpanse kemudian dimasukkan dalam sangkar tersebut, dan di atas sangkar diberi buah pisang. Melihat buah pisang yang tergelantung tersebut, Simpanse berusaha untuk mengambilnya namun selalu mengalami kegagalan.
Dengan demikian Simpanse mengalami sebuah problem yaitu bagaimana bisa mendapatkan buah pisang agar dapat dimakan. Karena didekatnya ada sebuah tongkat maka timbullah pengertian bahwa untuk meraih sebuah pisang harus menggunakan tongkat tersebut.
Eksperimen II
Pada eksperimen yang kedua masalah yang dihadapi oleh Simpanse masih sama yaitu bagaimana cara mengambil buah pisang. Namun di dalam sangkar tersebut diberi dua tongkat. Simpanse mengambil pisang dengan satu tongkat, namun selalu mengalami kegagalan karena buah pisang diletakkan semakin jauh di atas sangkar. Tiba-tiba muncul insight (pemahaman) dalam diri Simpanse untuk menyambung kedua tongkat tersebut.
Dengan kedua tongkat yang disambung itu, Simpanse menggunakannya untuk mengambil buah pisang yang berada di luar sangkar. Ternyata usaha yang dilakukan oleh Simpanse ini berhasil.
Eksperimen III
Dalam eksperimen yang ketiga Wolfgang Kohler masih menggunakan sangkar, Simpanse, dan buah pisang. Namun dalam eksperimen ini di dalam sangkar diberi beberapa buah kotak yang kuat untuk bisa dinaiki oleh Simpanse. Pada awalnya Simpanse berusaha meraih pisang yang digantung di atas sangkar, tetapi ia selalu gagal. Semula Simpanse hanya menggunakan kotak satu untuk meraih pisang, tetapi gagal. Simpanse melihat ada satu kotak lagi di dalam sangkar dan ia menghubungkan kotak tersebut dengan pisang dan kotak yang satunya lagi.
Dengan pemahaman tersebut, Simpanse menyusun kotak-kotak itu dan ia berdiri di atas susunan kotak-kotak dan akhirnya dapat meraih pisang di atas sangkar dengan tangannya, maka timbullah insight (pemahaman) dalam diri Simpanse yakni mengambil kotak tersebut untuk ditaruh tepat dibawah pisang dan menyusunnya. Selanjutnya, Simpanse menaiki kotak dan akhirnya ia dapat meraih pisang tersebut.
Eksperimen IV
Eksperimen yang keempat masih sama dengan eksperimen yang ketiga, yaitu buah pisang yang diletakkan di atas sangkar dengan cara agak ditinggikan, sementara di dalam sangkar diberi beberapa buah kotak dan tongkat. Semula Simpanse hanya menggunakan satu kotak untuk meraih pisang, tetapi gagal. Simpanse melihat ada satu kotak lagi di dalam sangkar dan ia menghubungkan kotak tersebut dengan pisang dan kotak yang satunya lagi. Tetapi masih gagal, hingga akhirnya simpanse tersebut berusaha untuk menjangkau pisang dengan menggunakan kotak dan tongkat.
Dari eksperimen-eksperimen tersebut, Kohler menjelaskan bahwa Simpanse yang dipakai untuk percobaan harus dapat membentuk persepsi tentang situasi total dan saling menghubungkan antara semua hal yang relevan dengan problem yang dihadapinya sebelum muncul insight. Dari percobaan-percobaan tersebut menunjukkan Simpanse dapat memecahkan problemnya dengan insight-nya, dan ia akan mentransfer insight tersebut untuk memecahkan problem lain yang dihadapinya. Inilah hakikat belajar. Belajar terjadi karena kemampuan menangkap makna dan keterhubungan antara komponen yang ada dilingkungannnya.
Sifat- sifat belajar dengan insight ialah :
a.       Insight tergantung dari kemampuan dasar
b.      Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan.
c.       Insight hanya timbul apabila situasi hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati.
d.      Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit.
e.       Belajar dengan insight dapat diulangi
f.       Insight dapat sekali digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
Teori psikologi Gestalt sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar. Beberapa prinsip yang perlu mendapat perhatian, adalah sebagai berikut.
1)      Tingkah laku terjadi berkat interaksi antara individu dan lingkungannya, faktor herediter (natural endowment) lebih berpengaruh.
2)      Bahwa individu berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis, adanya gangguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong terjadinya tingkah laku.
3)      Belajar mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi problematis.
4)      Belajar menitikberatkan pada situasi sekarang, dalam situasi tersebut menemukan dirinya.
5)      Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna dalam keseluruhan itu.
Prinsip belajar menurut teori Gestalt :
a.       Belajar  Berdasarkan Keseluruhan
            Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang bulat lebih mudah dimengerti daripada bagian-bagiannya.
b.      Belajar adalah suatu proses perkembangan
            Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencakan bila ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediaan mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah tetapi juga perkembangan karena lingkungan dan pengalaman.
c.       Siswa sebagai organisme keseluruhan
            Siswa tak hanya mempelajari intelektualnya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya.
d.      Terjadi transfer
            Belajar pada pokoknya yang terpenting pada penyesuaian pertama ialah memperoleh response yang tepat.
e.       Belajar adalah reorganisasi pengalaman
            Pengalaman adalah suatu interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Anak kena api – kejadian ini menjadi pengalaman bagi anak.
f.       Belajar harus dengan insight
            Insight adalah suatu saat dalam proses belajar dimana seseorang melihat pengertian tentang sangkut-paut dan hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem.
g.      Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa.
h.      Belajar berlangsung terus-menerus
            Siswa memperoleh pengetahuan tak hanya disekolah tetapi juga diluar sekolah, dalam pergaulan, memperoleh pengalaman sendiri-sendiri karena itu sekolah harus bekerja sama dengan orang tua dirumah dan masyarakat.
            Belajar menurut ilmu jiwa Gestalt, juga sangat menguntungkan untuk kegiatan belajar memecahkan masalah. Hal ini nampaknya juga relevan dengan konsep teori belajar yang diawali dengan suatu pengamatan. Belajar memecahkan masalah diperlukan juga suatu pengamatan secara cermat dan lengkap. Kemudian bagaimana seseorang itu dapat memecahkan masalah(Sardiman, 2001:32).
Menurut J.Dewey ada lima langkah dalam upaya pemecahan,yakni:
·         Realisasi adanya masalah. Jadi harus memahami apa masalah nya dan juga harus dapat merumuskanya
·         Mengajukan hipotesa, sebagai suatu  jalan yang mungkin memberi arah pemecahan masalah.
·         Mengumpulkan data atau informasi dengan bacaan atau sumber-sumber lain.
·         Menilai dan mencobakan usaha pembuktian hipotesa dengan keterangan –keterangan yang diperoleh
·         Mengambil kesimpulan, membuat laporan atau berbuat sesuatu dengan hasil pemecahan soal itu.
Penggunaan Teori Gestal
Menurut gestalt, problem merupakan stimulus sampai didapat suatu pemecahannya. Organisme atau individu akan selalu berpikir tentang suatu bahan agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya sebagai bentuk respons dari stimulus yang berupa masalah tadi.
Contoh Penerapan teori gestalt yaitu :
1.      Penerapan pada kurikulum yang sekarang digunakan di dunia pendidikan. Hal pokok diajarkan secara garis besar. Di tingkat yang lebih lanjut, kesatuan itu diberikan lagi dengan muatan yang lebih detail yang mengarah ke bagian-bagian yang telah diberikan di tingkat dasar. Begitu secara berkelanjutan di setiap jenjangnya.
2.      Teori gestalt telah banyak dijadikan dasar dalam penggunaan metode pembelajaran. pembelajaran dengan menggunakan concept map (peta konsep) merupakan salah satu metode pembelajaran yang didasarkan pada teori gestalt. Pembelajaran melalui concept map, guru sebelum menyampaikan materi secara rinci, guru menyampaikan peta konsep yang menunjukkan hubungan antar pokok materi yang satu dengan lainnya, sehingga hubungan antar pokok materi tersebut membentuk sebuah satu kesatuan.
3.      Teori Gestalt dengan metode globalnya juga sangat berpengaruh dalam metode membaca dan menulis. Metode yang resmi digunakan dengan mengacu teori ini dikenal dengan istilah S.A.S (Struktural, Analitis, dan Sintesis) atau metode global, guru menyampaikan pokok-pokok materi secara umum terlebih dahulu, kemudian baru diterangkan bagian-bagian secara rinci dan mendalam.
Metode ini dirintis oleh Dr. Ovide De Croly. Proses mengajarnya adalah sebagai berikut:
a.       Pada permulaan sekali, anak dihadapkan pada cerita pendek yang telah dikenal anak dalam kehidupan keluarga. Cerita ini jelas merupakan satu kesatuan yang telah dikenal anak. Karena itu, dengan mudah anak akan segera dapat membaca seluruhnya dengan menghafal. Biarkan murid membaca sambil menunjuk kalimat yang tidak cocok dengan yang diucapkan.
b.      Menguraikan cerita pendek tersebut menjadi kalimat-kalimat. Pendidik secara alamiah menunjukkan bahwa cerita pendek itu terdiri dari kalimat-kalimat. Antarkalimat diberi warna yang berbeda, dan antarkalimat diberi jarak yang cukup renggang.
c.       Memisahkan kalimat-kalimat menjadi kata-kata. Tiap kata ditulis dengan warna yang berbeda, terpisah, dan ditulis agak berjauhan. Susunan tiap kata ditulis semakin menurun dan dibaca pelan-pelan sambil menunjuk tiap kata.
d.      Memisahkan kata menjadi suku kata.
e.       Memisahkan suku kata menjadi huruf, dan tiap hurufnya ditulis dengan warna yang berbeda.
f.       Setelah mengenal huruf, peserta didik diajarkan menyusun suku kata; suku kata menjadi; dan kata menjadi kalimat.
Kesenjangan aplikasi teori terhadap kenyataan
Kebaikan metode ini adalah peserta didik bisa belajar secara alamiah, sesuai dengan prinsip persepsi gestalt. Pelajaran itu menarik, tidak menjemukan, karena dimulai dengan cerita dan kalimat-kalimat yang mengandung arti. Metode ini sesuai dengan tingkat perkembangan anak, tidak mengganggu, serta tergantung pada proses persepsinya masing-masing. Peserta didik membaca dengan memahami isinya dan akhirnya murid lebih cepat menguasai pembacaan yang sebenarnya.
Oleh karena itu , guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya. Menurut pandangan teori Gestalt, seseorang memperoleh pengetahuannya melalui pemahaman terhadap sensasi atau informasi yaitu dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusun kembali struktur itu ke dalam bentuk struktur yang lebih sederhana sehingga sensasi atau informasi itu dapat lebih mudah dipahami .
Penerapan terori Gestalt dalam pembelajaran matematika siswa harus dimulai dengan belajar pengertian atau pemahaman. Guru-guru matematika harus menyusun materi pelajaran dan mendesain proses pembelajaran matematika sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengerti dan memahami yang dimaksud. Kegiatan belajar latihan hafal masih tetap dipandang penting, namun harus direncanakan secara ketat dan didahului dengan belajar pengertian atau pemahaman .
Daftar Pustaka
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor – Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Thohir, Muhammad. 2012. Teori Belajar Gestalt. http://thohir.sunan-ampel.ac.id